Sabtu, 18 Agustus 2012

Satu Hari Dalam Hidupku Part 5


          Tepat 8 jam aku tak sadarkan diri, dan akhirnya aku membuka mataku. Di hadapanku sudah ada Pandu, Raissa, dan Kak Tama. Mereka terlihat senang ketika aku akhirnya membuka mata. “ Fi, akhirnya kamu sadar juga, kami sangat mengkhawatirkanmu L“ kata Raissa. “ Iya Fi, bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih baik?” Tanya Kak Tama. Belum sanggup ku membuka mulut, Pandu seolah mengerti dengan kondisiku, ia langsung berbicara pada Kak Tama. “ Maaf Tam, aku rasa Afi masih lemah kondisinya, dia belum cukup kuat untuk banyak bicara. “ kata Pandu sambil menatapku tersenyum menenangkan. Kak Tama terlihat kurang suka dengan sikap Pandu yang menurutnya sok tahu. “ Oh baiklah, hmm siapa namamu? Pan..Pan siapa ya aku lupa?” Tanya Kak Tama datar. “ Pandu. . “ balas Raissa sambil berusaha memecah ketegangan. “Oh ya,siapalah kau, hmm bisa kita di luar saja, kurasa Afi butuh istirahat agar dia bisa segera menjawab pertanyaanku tadi. “ucap Kak Tama masih sama dengan nada datar. Pandu sebenarnya sudah merasakan sejak lama bahwa Kak Tama tidak menyukainya sejak awal iamendekatiku. Pandu sadar itu dari setiap tatapan Kak Tama. Ia bisa merasakan bahwa Kak Tama memang tidak menyukainya berada dekat dengan Afi. Akhirnya Pandu dan Kak Tama keluar dari ruanganku.
Kak Tama duduk di bangku kayu rumah sakit sambil menyesap kopi yang sudah ia pesan beberapa saat yang lalu. Ia menatap ke arah Pandu yang tengah duduk di depannya. Tatapan itu seperti tak biasa. Ada sedikit kebencian yang terpancar dari sorot matanya. Pandu hanya menatapnya tenang sambil tersenyum simpul sekaligus sinis. Tak terjadi perbincangan diantara mereka, hanya ada ketegangan disana. Hingga akhirnya Ayah dan Bunda datang. “ Nak Pandu. . bagaimana Afi?” Tanya bunda panik. “ Baik tante, tenang saja, masa kritisnya sudah berakhir, tidak lama lagi Afi pasti sudah dibolehkan pulang. “ jawab Pandu menenangkan. “ Oh syukurlah, aku akan langsung masuk, oh ya Tama ya?apa kabar nak Tama?” kata bunda lagi. “ Baik bunda. . silakan lihat keadaan Afi di dalam” ucap Kak Tama ramah. “ Sudahlah bun, ayo kita masuk melihat keadaan Afi dulu, ngobrolnya nanti dilanjutkan saja. “ ucap ayah tersenyum pada Pandu dan Kak Tama. “ Iya, silakan om tante. . “ ujar Pandu tersenyum tak kalah ramah dari Kak Tama.
          Sesaat Pandu merasa kesal. Ia melihat Kak Tama sok dekat dengan ayah bunda. Pandu melihat itu dari caranya berbicara pada bunda tadi, mengatakan ‘bunda’ sebagai sapaannya pada bunda. Hati Pandu terasa memanas. “ Oh rupanya kau sudah dekat dengan orangtua Afi. “ ujar Pandu dingin. “ Hmm. . begitulah, seperti yang kau lihat. “ ucap Kak Tama tak kalah dingin.  “ Lalu? Kau tidak bertanya apakah aku sudah dekat dengan mereka atau belum.  Hahaha” kata Pandu tertawa datar. “ Oh tentunya tak perlu, anak ingusan sepertimu bisa ditebak langkahnya, maaf dik, aku selangkah lebih dulu daripada kau. haha” balas Kak Tama tertawa sinis. “ Oh oh oh. . mengapa kau berpikir seperti itu? Betapa yakinya engkau. aku sedikit kaget mendengarnya. “ kata Pandu lagi. “ Ada masalah? Afi sudah menyukaiku sejak ia Masa Orientasi, bahkan kau tak tahu bukan? Ia mau masuk OSIS juga karenaku. “ ucap Kak Tama. “ Lalu?apakah hal itu cukup hebat bagimu?” ujar Pandu.
“ Oh tentu saja, karena aku juga menyimpan rasa pada Afi, jadi aku selalu mendukung segala keinginannya dan aku juga cukup kuat untuk melindunginya” kata Kak Tama lagi.
“ Apa maksudmu?” balas Pandu.  “ Aku meminta baik-baik agar kau menjauhi Afi dan mundur saja, aku tahu sejak aku keluar dari sekolah, kau lebih leluasa mendekatinya, tapi kau harus tahu satu hal bahwa Afi masih punya perasaan padaku. “ jelas Kak Tama tersenyum sinis.
“ Oh menyedihkan kau. “ balas Pandu singkat. “ Haha, bisakah kau menjaga ucapanmu untuk lebih sopan lagi? Orang sepertimu sangat tidak pantas dengan Afi!” ucap Kak Tama lagi.
“ Mengapa?Aku mencintainya dan dia pun begitu. Sebentar lagi kami akan hidup bahagia bersama. “ balas Pandu lagi. “ Kau begitu yakin bocah ingusan!Kita lihat saja nanti!” kata Kak Tama tegas. “ Aku harus pergi menyelesaikan beberapa urusan, kau boleh bersenang-senang untuk beberapa hari ini, manfaatkanlah sebaik mungkin karena saat aku kembali, mungkin kau harus merelakan Afi sepenuhnya” ucap Kak Tama datar lalu pergi meninggalkan Pandu.
“ Hey, kutunggu ucapanmu!Buktikan saja jika kau mampu, Kak!” ucap Pandu tegas.


Tak terasa ternyata tiga hari sudah aku berada di rumah sakit, dan akhirnya kini aku diperbolehkan pulang. Aku pulang bersama Pandu ,Ayah ,danBunda. Raissa sedang mengantar ayahnya ke bandara karena akan bertugas ke luar kota untuk beberapa hari ini, sehingga Raissa tidak bisa ikut mengantarku pulang. “ Terimakasih loh Pandu, sudah menjaga Afi dengan baik selama kami pergi. “ ucap Ayah. “ Ah Pandu ngelakuinnya juga dengan senang hati om, gak apa apa, sama sekali gak keberatan. “ balas Pandu tertawa jail ke arahku.
“ Baiklah, kalau begitu kamu tidak keberatan kan jika harus mengantar dan menjaga Afi di sekolah?” Tanya ayah. “ Ah ayah ngapain sih, aku kan bisa sama Raissa aja. “ kataku memotong. “ Dengan senang hati yah. “ kata Pandu dan langsung mengundang tawaku dan bunda. “ Ada ada saja kau Ndu. .  bagaimana kabar mama papamu? Mengapa tak pernah berkunjung ke rumah sekedar bersilaturahmi?” kata bunda. “ Papa lagi di Bali sama mama bun, mungkin nanti kalau Afi dan Pandu sudah resmi jadian , Papa dan mama pasti berkunjung ke rumah. . hihi” jawab Pandu sambil melirikkan matanya padaku. “ Hohoho. .  memang anak muda. . hahahhahaa”  tawa pun pecah diantara ayah bunda aku dan Pandu. Rasanya hari ini aku benar-benar bahagia, Pandu yang telah lama kurindukan kini telah kembali.

          Kini, hubunganku dan Pandu telah membaik. Pandu telah menyatakan perasaannya padaku. Sore itu Pandu mengajakku ke taman dekat rumah. Saat itu suasananya sangat ramai dan menyenangkan. Sore hari yang sangat cerah secerah hatiku dan Pandu.
Banyak anak kecil bermain layangan, burung-burung berterbangan di angkasa, dan bunga-bunga tampak mekar segar. Tiba-tiba saja Pandu mengajakku untuk mengejar layangan yang putus milik salah seorang anak yang tengah bermain. Tak terlalu jauh , aku berhasil menangkap benang layangan itu. Karena terlalu asik mengejar layangan, aku tak sadar bahwa Pandu telah menghilang. Entah ia kemana, saat itu aku bingung, hingga tiba-tiba sang anak pemilik layangan menghampiriku dan membawa selembar kertas.

Aku membuka dan membacanya.
Afitakilla Ratika putri. .
Aku mencintaimu setulus hatiku, aku sempat lelah mengejar cintamu, tapi sampai saat ini aku tidak merasa lelah untuk terus menyayangimu. .
Bolehkah aku tahu bagaimana perasaanmu padaku? Maukah kau menjadi kekasihku?

Pandu J

Saat itu aku sangat bahagia, aku terus mencari sosok Pandu disekitarku. Aku terus mencari Pandu , mataku berpaling dari satu arah ke arah lain mencari Pandu aku berteriak “ Pandu kembalilah kesini, kau lihat? aku akan meninggalkanmu untuk mengejar layangan bersama laki-laki lain jika kau tak segera kembali. Akan kuhitung 1 sampai 10. . dimulai dari seka. . “ ucapanku terhenti karena ternyata Pandu sudah berada tepat di belakangku sambil menutup mulutku. Ia kemudian berlari, dan akupun mengejarnya. “ Kau harus tahu bagaimana rasanya mengejar seseorang yang kita cintai, jadi kejarlah aku dulu baru kau bisa memelukku sepuas hatimu”  ucap Pandu ke arahku. Sampai akhirnya aku berhasil menangkapnya. “ Kena kau! Hahhahaa. .   kataku.
 “ Lalu?” kata Pandu.
“ Lalu apa?”  tanyaku
 “ kapan kau akan memelukku?” ucap Pandu dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat
“ Sekarang. . “


          Setelah aku memeluk sekaligus memukul pundaknya, Pandu mengambil posisi membungkuk dan meraih kakiku, ia menggendongku dan mencengkram kuat kakiku agar tak terjatuh ke belakang. Kemudian ia berkata. “ Bagaimana sekarang nona? Kau belum menjawab isi suratku”
“ Kau juga belum bertanya langsung padaku. “
“ Hmm, baiklah. . “
“ Apa?”  
“ Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, bersamamu untuk satu kata. . “ kata Pandu
“ Apa itu?” tanyaku
 . . selamanya. “
          Aku meneteskan airmataku, aku merasa sangat bahagia akan semuanya. Aku tak sanggup berkata-kata sejenak.
“ Aku. .  bersedia. .
 untuk satu kata. . “ kataku
“ Apa itu?” Tanya Pandu
“ . . selalu”  

          Pandu berlari menggendongku berkeliling taman. Aku dan dia berlari mengejar layangan. Hari itu adalah hari yang paling indah bagiku. Suatu hari dimana aku baru mengerti arti kasih sayang. Bersama dia membuat waktu seolah berhenti seketika, hanya ada aku, dia, dan cinta.

                                                                   
          Satu bulan bukanlah waktu yang lama bagiku. Kini aku dan Pandu telah jalan satu bulan. Terlalu banyak hal menyenangkan yang telah kulalui. Setiap hal yang kulakukan dengannya begitu berarti bagiku. Sesuai janjinya pada Bunda, orangtua Pandu pun datang berkunjung ke rumah. Ayah Bunda terlihat cepat akrab dengan orangtua Pandu.
Raissa dan aku semakin kompak , hanya Zita yang tampak berbeda.
Ternyata, Pandu telah menemuinya saat aku sakit dulu. Pandu meminta pengertian dan kesediaannya agar dia merelakan aku dengan Pandu. Zita pada awalnya membenciku, berminggu-minggu aku dan dia tak bertutur sapa. Aku sudah pernah meminta maaf padanya, namun hatinya sudah tertutup oleh sakit hati. Pandu selalu meyakinkan segalanya akan baik-baik saja. Aku pun percaya, entah bagaimana sakitnya hati Zita, bagaimana pun marahnya dia padaku, suatu saat nanti, kami pasti akan rukun kembali, karena kami punya cinta.
Saat itu Zita menghampiriku dan Raissa yang tengah bercanda di kantin. “ Fi. .  Sa. . “ katanya “ Iya Zit?” kataku.  “ Ngapain kamu Zit, mau minta Afi sama Pandu putus?never!” kata Raissa ketus.  Sesaat itu Zita meneteskan airmata dan memelukku sambil berkata “ Maafkan aku Fi, aku terlalu egois, aku sangat jahat padamu. .  L“ ucap Zita dalam tangisnya. Aku sempat terdiam beberapa saat. Aku ikut meneteskan airmata melihat betapa menyesalnya sahabatku dan akhirnya aku berbicara “ Iya Zita, aku sudah memaafkanu. . lupakan semuanya ya, maafkan aku gak bisa nurutin semua yang kamu mau L“ ungkapku terisak. “ Iya Fi, gak ada yang perlu kamu sesali, aku yang salah. Aku mohon maafkan aku” kata Zita lirih.  “ Iyaa aku sudah memaafkanmu. “  “ Aku mohon L lupakan semuanya Fi, aku gak mau ada dendam diantara kita.  Sa, maafin aku juga ya L“ balas Zita masih dalam tangisnya. Raissa yang sejak tadi diam kini mengeluarkan suara “ Iya Zit, aku maafin kamu, aku percaya kamu akan kembali seperti dulu, mari kita mulai segalanya dari awal lagi. “ balas Raissa tersenyum. “ Iya Zita, aku sudah melupakan semuanya. terimakasih ya sudah mau mengerti” kataku. Akhirnya, persahabatanku dengan Zita kembali membaik. Zita kini sudah benar-benar mengerti dan melupakan Pandu. Segalanya terasa indah hingga tiba suatu hari aku merasa tak dapat lagi berdiri dan terlalu lemah untuk berteriak minta tolong. Saat itu aku sedang berada di toilet untuk berganti pakaian olahraga, setelah teman-temanku berganti, aku masih diam di dalam toilet untuk merapikan rambutku. Tiba-tiba saja dadaku terasa sesak,segalanya berubah gelap seketika.

          Pandu merasakan sakit di dadanya, perih. Begitu perih ketika ia melihatku terkapar tak berdaya di ruang ICU. Aku mengalami serangan jantung dan koma. Dokter sudah pasrah akan segala kemungkinan aku mengalami gagal jantung. Ayah dan Bunda tak henti-hentinya melantunkan ayat suci al qur’an ditelingaku. Raissa ,Zita dan Pandu juga tak pernah enyah dariku. Mereka semua sangat menyayangiku. Aku dapat merasakan saat itu hanya ada Pandu di ruang inapku. Pandu menggenggam tanganku dan terus berkata, aku pasti sembuh. Pandu meneteskan airmatanya. Ia tak pernah membayangkan akan melihat aku seperti ini. Di saat-saat kritisku mulai reda, Kak Tama datang lagi ke dalam hidupku. Ia datang menjengukku. Kak Tama terlihat sangat sedih melihatku seperti ini. Ketika ia melihat Pandu menggenggam tanganku ,sorot mata benci itu masih terlihat. Kak Tama menarik tangan Pandu dan mengajaknya keluar ruangan. “ Bagaimana Pandu, kau sudah terlalu lama bersenang-senang ya?” kata Kak Tama dingin. “ Sudahlah Kak, ikhlaskan saja Afi padaku. Ini semua demi kebahagiaan Afi” balas Pandu tenang. “ Tidak! aku punya cara untuk menyelesaikan semua ini. “ ujar Kak Tama lagi. “ Apa itu?” balas Pandu. “ Hm, kutahu kau adalah mantan pembalap liar bukan?” kata Kak Tama “ Apa maksudmu?” Tanya Pandu. “ Ku tantang kau untuk bertanding di area balap?kalau kau menang, aku akan pergi jauh dari hidupmu dan Afi, tetapi kalau aku menang, Afi akan pergi jauh darimu, bagaimana?” tantang Kak Tama. “ Kau gila . . tidak, aku tidak mau. “ ucap Pandu datar. “ Aku hanya menawarkan jalan pintas penyelesaian semua ini, bukankah mudah bagimu untuk mengalahkanku? Aku belum pernah balapan sebelumnya. “ kata Kak Tama lagi. “ Aku tak mau menjadikan Afi sebagai bahan taruhan” balas Pandu tegas. “ Kalau begitu, bagaimana jika kau menang, aku tidak akan mengganggumu dan Afi, tetapi jika aku menang, aku akan tetap berusaha mengejar Afi tak peduli bagaimanapun caranya, bahkan jika aku gagal, maka dia juga akan gagal bersamamu. “
“ Apa maksudmu?” kata Pandu geram. “ Aku. . mungkin membuatnya menghilang?” kata Kak Tama tertawa sinis. “ Lalu bagaimana jika aku tetap menolak?” ujar Pandu
“ Kau akan tetap kehilangannya”
“ Itu artinya aku tak punya pilihan lain?” Tanya Pandu lagi
“ Ya. kutunggu kau besok malam di tempat biasa kau balapan dulu! “ kata Kak Tama lalu pergi meninggalkan Pandu.
         

          Tidak terasa sudah dua hari aku tak sadarkan diri. Aku pun tersadar dari tidur panjangku. Ayah dan Bunda sangat bersyukur atas kesadaranku. Pandu juga tak henti-hentinya mengucap syukur atas kesadaranku. Aku mulai membaik. Mereka selalu menemaniku di rumah sakit. Pada suatu hari Pandu izin padaku untuk pergi sebentar, aku mengizinkannya. Ternyata Pandu pergi untuk menyanggupi tantangan Kak Tama. Pandu menyanggupi untuk balapan dengannya. Kak Tama sangat berbeda, ia telah berubah. Kak Tama yang begitu baik dan berhati lembut tidak kutemukan di diri Kak Tama sekarang. Tatapannya penuh kebencian, terutama pada Pandu. Aku tak mengerti mengapa ia tiba-tiba datang di kehidupanku yang telah bahagia bersama Pandu. Kak Tama menginginkan diriku. Ia merasa Pandu tak pantas bagiku. Sepertinya, cintalah yang membutakan matanya. Cinta yang menurutku bukanlah cinta yang benar, tetapi cinta yang memaksakan. Aku memang sempat mencintainya, namun itu dulu, sebelum aku mengenal Pandu.
          Malam itu, Pandu terlihat telah siap dengan semua perlengkapannya. Helm yang dikunci rapat, jaket tebal, sarung tangan, sepatu ,semua telah ia kenakan dengan baik. Semua itu ia siapkan untuk menghadapi Kak Tama. Bagaimanapun kemenangan sangatlah penting baginya kali ini. Pandu sudah tak tahan lagi dengan segala sikap bodoh Kak Tama. Ia ingin mengakhirinya. Aku yang masih terbaring di ranjang rumah sakit merasakan sesuatu yang tidak baik. Perasaanku kacau. “ Sa, dimana Pandu?” tanyaku
“ Mm. .  dia lagi pergi cari makan Fi. . sudah kamu istirahat saja ya. “ balas Raissa.
“ Kamu bohong kan Sa? Jujur saja Sa, kemana Pandu? Perasaanku tidak enak. “ ungkapku lagi. “ Afi. . aku takut kau akan marah” balas Raissa. “ Apa? katakan saja , tolong” pintaku
“ Mmmh. .  se. . sebenarnya, Pandu saat ini sedang balapan dengan Kak Tama. “ ucap Raissa gugup. “ Apa??!dimana mereka sekarang?aku harus kesana!” kataku terkejut
“ Aku juga tak tahu Fi, aku sudah melarangnya , tapi. . entahlah, laki-laki sangat sulit diberitahu. Aku menyesal karena menyerah begitu saja. Maafkan aku Fi L“ ucap Raissa sedih
Aku hanya diam tak percaya dan langsung berlari menuju tempat Pandu dan Kak Tama berada. Sebenarnya aku belum tahu pasti letaknya, tapi aku ingat dimana Pandu sering balapan dulu. Aku terus berlari tanpa mengindahkan panggilan suster dan Raissa yang kebingungan karena aku langsung mencabut selang infus yang terpasang di tanganku.
Aku berlari semakin kencang dan menyusup ke dalam taksi. Akhirnya, aku berhasil melarikan diri dari Raissa dan para suster.


          Aku sampai di suatu areal balapan yang terletak cukup jauh dari tempatku dirawat. Aku berjalan di tengah kegelapan. Tidak terlihat banyak orang , dan tidak ada lampu yang cukup disini. Hanya cahaya lampu motor yang berlalu lalang. Aku melanjutkan pencarianku hingga aku menemukan sosok Pandu tidak jauh dariku. Aku terus berlari mencoba mengejarnya “ Pandu!!!Hentikan!!” teriakku padanya. Pandu tak mendengarkanku, ia semakin kencang melajukan motornya. Mendadak dadaku terasa sesak sekali. Aku gemetar melihat laju motor Pandu yang sangat kencang. Aku takut, aku khawatir akan terjadi hal buruk padanya. Aku terus berteriak memanggilnya. Tiba-tiba saja aku melihat motor Kak Tama menyusul, sungguh tak kalah laju dari motor Pandu, aku masih berteriak untuk menghentikan semuanya. Ternyata bukan hanya Pandu dan Kak Tama yang balapan , banyak motor lain yang juga kulihat. Hingga akhirnya kakiku terasa lemas, aku tak dapat berlari lagi. Aku terjatuh di tengah jalan. Rasanya nyeri di dadaku semakin menjadi-jadi. Aku dapat melihat dari kejauhan Pandu hampir sampai di garis finish. Aku mencoba menggerakkan bibirku untuk memanggilnya. Aku bangkit dan menggerakkan kakiku perlahan,namun entah mengapa, belum sempat kumelangkah lebih jauh, aku merasakan tubuhku terhantam keras. Kakiku mati rasa, badanku melesat jauh. Aku sangat kesakitan. Samar-samar kudengar banyak orang berteriak histeris. Dan sekejap, segalanya berubah menjadi gelap.
Aku telah pergi. 


          Aku telah pergi untuk selamanya. Ayah, bunda, Pandu, Raissa, dan semua keluargaku sangat kehilangan. Pandu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri. Ayah dan Bunda selalu mengibur dan mengatakan bahwa semua ini bukan salahnya. Kak Tama mengalami depresi berat setelah mengetahui aku meninggal dunia karenanya. Ia benar-benar merasakan kehilangan dan penyesalan yang dalam. Ia sempat mencoba bunuh diri. Jiwanya sakit, hidupnya suram dan kelam dengan bayang-bayang sebagai seorang pembunuh.
Sisa hidupnya harus ia jalani di rumah sakit jiwa.  
Ayah dan Bunda tak semudah itu merelakan aku pergi. Mereka sangat terpukul atas kepergianku. Namun ayah dan bunda tak larut dalam kesedihan. Mereka telah lama mempersiapkan jika suatu hari nanti aku pasti akan pergi, mengingat penyakit yang ku derita. Namun tak ada yang menyangka bahwa aku pergi bukan karena penyakitku.
andu benar-benar kehilangan separuh jiwanya. Ia merasa tak berdaya terus bertahan hidup seperti ini. Jiwanya meronta tak bisa menerima kenyataan sepahit ini. Namun seiring bergulirnya waktu, Pandu mulai bangkit kembali setelah membaca buku harianku. Pandu ingin aku tenang di sana, bahagia melihatnya yang dapat terus hidup tanpaku.




Untuk Panduku yang tampan J…. .
Pandu, aku bersyukur bisa kenal dan merasakan cintamu.  Aku bahagia Pandu…
entah akan sama atau tidak jika bukan kamu yang mengisi sisa hidupku ini.
Pandu. .  
Saat kamu bingung apakah hidupmu layak atau tidak,
Kamu akan tahu bahwa hidupmu sangat berguna ketika kamu melihatku tersenyum J
Aku ingin kamu tetap menjadi Pandu yang sekarang, yang terlalu berharga untuk
disia-siakan.
Aku berdoa pada Tuhan, agar bisa menjadi melodi indah dalam hidupmu
Kau tahu SATU HARI DALAM HIDUPKU yang sangat indah?
adalah satu hari dimana aku mengenalmu.
Dan SUATU HARI DALAM HIDUPKU yang paling kuimpikan?
Adalah suatu hari dimana kau tak pernah menyesali pertemuan dan perpisahan kita
Kau terlalu berharga untuk disentuh kesedihan J Jangan lupakan aku, namun pergilah dari kesedihan ini . .
Semoga nanti,  kau akan bertemu dengan seseorang yang searah dan setujuan atau mungkin kalian menuju tempat baru atau menciptakan tujuan baru J
Terimakasih telah mencintaiku setulus hatimu,
                                                                    
Afi. .



 --------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Ayah Bunda tercinta. .                                 

Ayah, Bunda. .  maafkan aku terlalu banyak menyusahkan. . Tak ada kata yang dapat kurangkai lagi untuk menggambarkan betapa bahagianya aku memiliki orangtua seperti kalian.
Aku ingin berteriak ke seluruh dunia…
“ AKU ADALAH ORANG PALING BERUNTUNG KARENA MEMILIKI ORANGTUA SUPER J
Afi cinta Ayah. .
Afi cinta Bunda…
Oiya bun, salam untuk adik ya ^^
Salam cinta sayang cium buat adik
Maaf Afi gak bisa nemenin adik. . Afi sayang sama adik. .
Ayah jangan galak-galak sama adik ya. .

----------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Raissa J yang selalu kusayangi
Sahabat yang tak pernah pudar.
Terimakasih untuk segalanya.  Aku mencintaimu selalu Sa J
Hmm, dapatkah kau melihatku sekarang?
Aku sedang berlari mengitari bintang senja mengenakan gaun indah berwarna pelangi. .  
Lihatlah satu bintang yang paling bersinar itu , 
. .  tersenyum  untukmu
Afi






coretan pena Astri Ekaputri
 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar :)