Sabtu, 18 Agustus 2012

Satu Hari Dalam Hidupku Part 5


          Tepat 8 jam aku tak sadarkan diri, dan akhirnya aku membuka mataku. Di hadapanku sudah ada Pandu, Raissa, dan Kak Tama. Mereka terlihat senang ketika aku akhirnya membuka mata. “ Fi, akhirnya kamu sadar juga, kami sangat mengkhawatirkanmu L“ kata Raissa. “ Iya Fi, bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih baik?” Tanya Kak Tama. Belum sanggup ku membuka mulut, Pandu seolah mengerti dengan kondisiku, ia langsung berbicara pada Kak Tama. “ Maaf Tam, aku rasa Afi masih lemah kondisinya, dia belum cukup kuat untuk banyak bicara. “ kata Pandu sambil menatapku tersenyum menenangkan. Kak Tama terlihat kurang suka dengan sikap Pandu yang menurutnya sok tahu. “ Oh baiklah, hmm siapa namamu? Pan..Pan siapa ya aku lupa?” Tanya Kak Tama datar. “ Pandu. . “ balas Raissa sambil berusaha memecah ketegangan. “Oh ya,siapalah kau, hmm bisa kita di luar saja, kurasa Afi butuh istirahat agar dia bisa segera menjawab pertanyaanku tadi. “ucap Kak Tama masih sama dengan nada datar. Pandu sebenarnya sudah merasakan sejak lama bahwa Kak Tama tidak menyukainya sejak awal iamendekatiku. Pandu sadar itu dari setiap tatapan Kak Tama. Ia bisa merasakan bahwa Kak Tama memang tidak menyukainya berada dekat dengan Afi. Akhirnya Pandu dan Kak Tama keluar dari ruanganku.

Satu Hari Dalam Hidupku Part 4



          Aku sibuk memandangi seisi restoran sementara Pandu beranjak pergi untuk memesan makanan, entahlah bukankah seharusnya pelayan yang datang dan menghampiri kami, tapi sepertinya Pandu memang ingin langsung memesan sendiri.
Aku masih takjub. Kupandangi cat tembok biru muda Restoran Shanghai yang elok, lalu daftar menu andalan dengan berbagai gambar ilustrasi yang tertempel di dinding belakang Resto, kursi-kursi antik yang dipakai semua penikmat makanan resto termasuk yang kupakai, belum lagi dengan busana yang dikenakan pelayan restoran , sangat unik dan menurutku lucu. Dari semua yang kulihat, bisa dipastikan ini bukan restoran biasa. Tapi mengapa Pandu harus mengajakku ke restoran mahal seperti ini, bukankah ini hanya kencan balas budi biasa.
          Pandu datang memecah lamunanku.  “ Hey, maaf lama menunggu. .  J“ kata Pandu sambil membawa dua piring besar dikedua tangannya. “ Hey, iya gak papa. . ah? apa itu?” balasku santai. “ Ini adalah makanan special buatanku. Ada kepiting bakar ala Pandu, lalu Sup jagung mix ayam ala Pandu, lalu a. . “ belum sempat melanjutkan penjelasannya, aku sudah tertawa melihat tingkah Pandu dan hal itu membuatnya terdiam seketika. Ia terlihat heran mengapa aku bisa bereaksi seperti itu. Aku dan Pandu pun menikmati makan malam itu.
          “ Makan malam hari ini special sekali bagiku fi. terimakasih karena sudah bersedia menemaniku. Izinkan aku selalu dekat denganmu, boleh kan?
see you. .  J
Kata-kata Pandu tadi tak bisa hilang dari benakku. Makan malam hari ini memang sangat special, bukan hanya bagi Pandu tetapi juga bagiku. Laki-laki itu sangat berbeda, tak sama dengan di sekolah. Pandu yang makan bersamaku tadi sangat baik, sangat lucu dan mengesankan. Semua yang ia lakukan tadi membuatku selalu tertawa. Lepas. . rasanya seperti terbang ke angkasa , bebas bertingkah sesuka hatiku. Aku merasa dekat dengan Pandu, aku bahkan lupa dengan semua ulah Pandu yang sempat membuatku membencinya. Apa mungkin Pandu sudah berubah?Tidak, tidak mungkin sebulan mengenalku bisa merubahnya. Tapi , apakah salah jika aku berharap ia selalu begitu padaku? Aku ingin Pandu selalu bersikap baik seperti tadi.


3 Bulan kemudian. .
Sudah hampir 3 bulan ini aku selalu berhubungan dengan Pandu. Aku menjadi dekat dengannya, sangat dekat.

Jumat, 17 Agustus 2012

Satu Hari Dalam Hidupku Part 2


          
         Pandu baru saja meletakkan motornya di depan rumah,belum sempat ia membuka helmnya, mamanya langsung menghampiri dan memeluk Pandu. “ Sayang, akhirnya kamu pulang juga, mama sudah rindu sekali padamu. . bagaimana sekolahmu disini? Apakah cocok denganmu? bagaimana teman-temanmu?  Apakah mereka baik padamu? Uang sakumu bagaimana? Masih ada kan? oiya, Iphone baru yang mama be. . “  belum sempat melanjutkan ucapannya, Tantri tersentak, Pandu, anak kesayangannya, baru saja menepis pelukannya. Sakit, terasa benar-benar sakit mendapat reaksi seperti itu dari Pandu. Wanita 36 tahun ini kaget dan bingung, apa yang salah padanya.
“ Iya ma, semuanya oke. “  Jawab Pandu singkat dan langsung pergi meninggalkan mamanya yang masih tersentak kaget. “ Pandu. . tunggu Pandu!!mama belum selesai bertanya!!” teriak mamanya dari kejauhan.
          Pandu bosan. Pandu penat. Remaja 16 tahun ini memang sudah tak tahan lagi dengan kelakuan orangtua yang menelantarkannya hampir 6 tahun ini. Pandu sudah tinggal sendiri selama 3 tahun terakhir, tepatnya semenjak eyangnya meninggal. Pandu memang sangat kaya. Hartanya melimpah, semua kebutuhannya sangat terpenuhi. Bahkan banyak hal lain yang diberikan untuknya. Namun jauh dilubuk hatinya, ia sangat haus akan kasih sayang, jiwanya berontak tak terima akan semua yang ia alami. Kasih sayang dan perhatian yang selayaknya didapatkan seorang anak, tidak ia dapatkan. Orangtuanya hanya mengenal kerja, kerja, dan kerja. Papa Pandu bekerja di salah satu perusahaan terkenal di Australia dan sangat jarang berada di Indonesia. Sedangkan mamanya, bisnis woman yang kerjanya hanya menghabiskan uang untuk berkeliling dunia.