Pandu baru saja meletakkan motornya di depan rumah,belum sempat ia membuka helmnya, mamanya langsung menghampiri dan memeluk Pandu. “ Sayang, akhirnya kamu pulang juga, mama sudah rindu sekali padamu. . bagaimana sekolahmu disini? Apakah cocok denganmu? bagaimana teman-temanmu? Apakah mereka baik padamu? Uang sakumu bagaimana? Masih ada kan? oiya, Iphone baru yang mama be. . “ belum sempat melanjutkan ucapannya, Tantri tersentak, Pandu, anak kesayangannya, baru saja menepis pelukannya. Sakit, terasa benar-benar sakit mendapat reaksi seperti itu dari Pandu. Wanita 36 tahun ini kaget dan bingung, apa yang salah padanya.
“
Iya ma, semuanya oke. “ Jawab Pandu
singkat dan langsung pergi meninggalkan mamanya yang masih tersentak kaget. “ Pandu.
. tunggu Pandu!!mama belum selesai bertanya!!” teriak mamanya dari kejauhan.
Pandu bosan. Pandu penat. Remaja 16
tahun ini memang sudah tak tahan lagi dengan kelakuan orangtua yang
menelantarkannya hampir 6 tahun ini. Pandu sudah tinggal sendiri selama 3 tahun
terakhir, tepatnya semenjak eyangnya meninggal. Pandu memang sangat kaya. Hartanya
melimpah, semua kebutuhannya sangat terpenuhi. Bahkan banyak hal lain yang
diberikan untuknya. Namun jauh dilubuk hatinya, ia sangat haus akan kasih
sayang, jiwanya berontak tak terima akan semua yang ia alami. Kasih sayang dan
perhatian yang selayaknya didapatkan seorang anak, tidak ia dapatkan. Orangtuanya
hanya mengenal kerja, kerja, dan kerja. Papa Pandu bekerja di salah satu
perusahaan terkenal di Australia dan sangat jarang berada di Indonesia. Sedangkan
mamanya, bisnis woman yang kerjanya hanya menghabiskan uang untuk berkeliling
dunia.
Bagaimanapun kerasnya hati Pandu
mencoba tegar, tetap saja ia tidak bisa menahan kesedihannya selama ini. Derita
batin yang ia rasakan seolah-olah mulai mengubah pribadinya perlahan. Semenjak
eyangnya meninggal, Pandu berubah menjadi anak yang nakal, ia bergaul bahkan
bersahabat dengan anak paling berandal di sekolahnya. Pandu mulai hilang arah,
suka balapan motor, clubbing, dan mengabaikan sekolahnya. Tentu saja ia
melakukan hal ini sebagai pelampiasan. Ia sudah tidak tahan hidup normal,
karena percuma, tetap saja ia tak bisa mendapatkan apa yang sewajarnya
didapatkan remaja seusiannya. Sebenarnya, Pandu bukanlah orang yang bertabiat
buruk. Namun keadaanlah yang akhirnya mengubah segalanya. Pandu sedih dan
kesepian. Tak ada teman yang bisa benar-benar ia jadikan sahabat seperti Doni
dan Riko.
Teman-teman Pandu di kehidupan ‘baik’ nya hanya
ada disaat senang saja, saat Pandu banyak uang, maka disanalah mereka ada,
tetapi saat Pandu tidak lagi membayarkan semuanya, disana pula mereka pergi. Pandu
kecewa akan semuanya, teman teman, sahabat, ada karena uangnya. Pandu baru
mengerti arti sahabat dari Doni dan Riko, walaupun mereka nakal dan hancur,
tapi mereka mampu menghargai Pandu sebagai sahabat. Hal itulah yang semakin
menjerumuskan Pandu. Memang benar, Doni dan Riko baik terhadapnya, mereka
mencoba mengerti Pandu, tetapi disisi lain, mereka tidak bertabiat baik, yang
mereka tahu hanya bersenang-senang, tanpa memikirkan pentingnya masa depan.
“
Aduh, mana ya buku fisikaku, kok bisa hilang begini,. aduh dimana lagi aku
harus mencarinya. “ ucapku. “ Astaga Fi, kokbisa hilang sih? Coba cari di kelas
yang kemarin kita tempati, mungkin saja ada disana. “ kata Raissa. “ Gak ada
Sa, aku sudah berkali-kali kesana, tapi bukuku tetap gak ada, aku juga sudah
bertanya sama Bang Asep, katanya dia gak
nemuin apa-apa. “ balasku, “ Hm, berarti
ada seseorang yang ngambil. “ kata Raisa menyimpulkan. “ Hm,entahlah, lalu
bagaimana sekarang? “ kataku mulai frustasi. Teeeeeeeeetttttttt……Teeeeeettttttttt.
.
Bel istirahat pun berbunyi, aku dan Raissa masih
sibuk mencari dimana buku fisikaku berada. Kelas demi kelas kumasuki, tapi
hasilnya tetap saja tidak ketemu. Raissa izin ke UKS, ia sedang tidak enak
badan. Akhirnya ,aku mencari buku sendiri. “ Hey, sedang apa kau?” kata seseorang
dibelakangku. “ Mm, cari buku. “ balasku cuek. “ Oh, jadi kamu yang namanya
Afitakilla Ratika Putri ?” Tanya lelaki itu. Saat itu juga aku langsung
menolehkan pandanganku pada sosoknya, laki-laki tinggi, dengan tindik di
telinganya, dan rambutnya yang berantakan. Wajahnya kuyu, bajunya lecek. “ brbb
. . iiya, itu namaku,kok kamu bisa tahu?” tanyaku. “ Hahaha, iyalah! gue nemuin
buku elu di IPA B. Ceroboh banget sih jadi cewek. “ katanya cuek. “ Hm,iya aku
memang ceroboh, kalau begitu dimana bukuku?bisakah aku mengambilnya?” balasku .
“ Enak saja,gak segampang itu lah!” kata lelaki itu tertawa. “ Lalu, aku harus
apa?aku bayar deh” ucapku cuek. “ Hahahhaa,enak saja, aku maunya hmm. . kita ngedate!” balas laki-laki itu serius. Apa??!!mimpi apa aku semalam sampai harus
bertemu laki-laki urakan seperti ini, ditambah lagi aku harus berkencan
dengannya. Terlalu mengerikan untuk kubayangkan. “ Hey,jangan ngelamun dong ?” katanya
lagi. “ Ehehheh, maaf ya, aku tak ada waktu untuk hal seperti itu, urusanku masih
banyak,jadi dengan baik - baik tolonglah berikan bukuku, karena ada PR yang
harus kukerjakan disana. “ pintaku “ Hey, gue juga minta baik-baik sama
elu,ayolah, apa susahnya, sehari saja, please. . .“ pintanya. “ Aku gak..
bisa!” tolakku lagi. “ Gue mohon sama lu,
sekali aja, harinya elu yang tentuin deh. “ katanya lagi. “ Ya Tuhan, cepat
kembalikan saja bukuku,kalau gak akan kupanggil guru-guru disini,agar kau
diskors!” ancamku. “ Ha?skors? silakan,aku tidak takut, yang aku takut hanya
satu hal saat ini, ditolak kamu . “ ucapnya tegas sambil sedikit tersenyum
licik. Spontan,jantungku mendadak berdebar keras, bukan karena termakan
gombalannya, tetapi karena takut padanya, melihat gayanya yang urakan, dan
ambisinya yang meyakinkan semua yang dia inginkan pasti akan ia dapatkan. Aku
bingung, haruskah kuterima ajakannya?. “ Ye, diajakin ngomong malah bengong. jawab
dong. ayolah gue gak akan maksa elu buat ngambil buku itu. “ katanya cuek
sambil beranjak pergi meninggalkanku. “ Oke,kembalikan dulu bukuku, dan aku
bersedia pergi denganmu,tapi tidak dalam waktu dekat ini” jawabku spontan. “ Serius
kan?janji ?” balasnya tertawa lebar. “ Ya. “ ujarku singkat. “ Oke,ini buku elu, sampai jumpa mm?panggilan
elu siapa?” tanyanya. “ Afi,” balasku singkat “ oke,kenalin aku Pandu kelas X-6.
senang bertemu denganmu Afi” ujarnya tersenyum ramah, baru dikalimat terakhir
ini dia bicara lebih sopan ,pakai ‘aku kamu’
Aku sampai di rumah sekitar pukul 3
siang. Benar-benar hari yang melelahkan bagiku, seharian aku harus mengadapi 3
ulangan mata pelajaran sekaligus, menguras otak dan tenagaku. Andai tidak minum
multivitamin, mungkin aku sudah terkapar di UKS seperti Raissa. “ Ayo, makan
dong Fi, bunda sudah memasakkan daging panggang kesukaanmu” kata Bunda. “ Iya
bun, aku belum lapar saja, nanti saja ya,sekarang yang paling kubutuhkan hanya
tidur. “ jawabku. “ Iya,tapi makan dulu dong baru tidur. “ kata Bunda.
Aku
pun menyantap makan siangku dengan sedikit malas-malasan. Entah mengapa,
rasanya malas melakukan apapun kecuali tidur. Setelah beberapa menit makan, aku
langsung masuk kamar , menyalakan AC dan MP3 di HPku. Ku mainkan sebentar
laptopku melihat berapa notifications dan mentions yang tertuju padaku.
Pandanganku terhenti pada sebuah pesan
yang masuk ke inbox facebookku.
“
Hai Afi J maaf ya,aku membuatmu marah
dihari pertama kita bertemu. Tapi maksudku tak lain hanya ingin mengenalmu
saja, maaf sikapku yang tak sopan padamu, jujur saja aku sangat gugup. Tolonglah,
berikan aku nomor HPmu, biar bisa kutagih janjimu :p
….
. Pandu…. . “
Mataku
terbelalak, jantungku serasa mau copot, entah apa yang barusan kulihat,
Orang
yang baru saja bertemu denganku dengan gayanya yang urakan dan nada bicaranya
yang menyebalkan tiba-tiba mengirimiku pesan seramah itu.
“
gendeng. “ gumamku sendiri tak percaya. Apa orang ini punya kepribadian
ganda?tapi kenapa?kalau memang baik, kenapa sih harus bergaya seperti itu, tapi
sepertinya aku salah. Akhirnya kuputuskan untuk mengabaikannya. Kututup akun
facebook dan twitterku, akupun tertidur.
“ Gue benar-benar suka sama itu cewek!”
kata Pandu pada teman-temannya.
“
Yaelah Ndu, emang dia beneran cantik ya?” Tanya Riko. “ Hm, dia cantik ko!
Walaupun masih kalah cantik sama Mita, dia istimewa Ko, dia punya sisi unik
sendiri, gue rasa gue tertantang juga buat dapetin dia. “ jelas Pandu.
“
Hahhahha, kalo elo tertantang berarti elo gak bener-bener suka sama dia lah. . “
ujar Doni menyeringai. “ Tapi bukan gitu maksud gue men, gue suka sama itu
cewek, gue pengen dia juga suka sama gue. Gue serius” kata Pandu. “ Halaaaah,
berapa cewek sih yang udah elo punya Ndu, hahhhaa. . si Mita gimana? Cewek
cantik jelita nan bohai gitu masak lo mau duain. . eh salah, tigain maksud gue.
haha” kata Riko. “ Ah, gue bosen sama Mita, gue udah dapet semua yang gue mau,
toh dia cewek gampangan, baru gue gombalin sedikit, dia udah klepek-klepek. hahaaha.
. bosen juga liat dia. Gue pengen cari yang beda. “ kata Pandu tertawa. “ Waww,buset
deh, memang hebat lo men!! Cewek pintar nan lugu kaya Zita bisa lu taklukin,
belum lagi Mita, anak dance plus popular gitu sampe segitu takluknya sama
elo?hahhaha. . “ balas Riko lagi. “ Hahaha,males deh gue,biarin ajalah. “ terang
Pandu
“
Selamat Pagi sayang. . ayo bangun. “ kata bunda ramah. “ Hoammm, iya bun, 5
menit lagi ya. . “ balasku masih menutup mata. “ Aduh, Afi, ayo bangun, langsung solat subuh,
terus mandi. “ kata bunda lagi. “ Huaahh,
bentar aja bun,bentar lagideh janji. “ kataku. “ Ayoo banguuunn!!bangunn!!” teriak
bunda sambil menarik selimutku.
Akhirnya aku pun menyerah, dengan berat hati
kuputuskan beranjak dari tempat tidur, dan lekas mandi. “ Hmm, hari ini aku Free, oiya, nganter
Raissa,hampir saja aku lupa” ucapku
sambil menata dasi.
“
Bun, aku nanti pulang telat ya,” kataku . “ Loh? ada apa lagi? Bukankah
proposal sudah selesai kamu sebar ya? Rapat OSIS juga sudah kelar kan?” Tanya
bunda.
“
Hm,iya memang sudah. Aku mau pergi nemenin Raissa bun, aku sudah janji
nganterin dia beli silicon HP di Mal. “ balasku. “ Hmm, yasudah kalau begitu, hati-hati ya. “ kata
bunda
Pagi ini aku datang tepat waktu. Kulihat
sekolahku yang masih sepi, menandakan aku datang awal, pagi ini. Aku berjalan
menyusuri koridor sekolah, berjalan perlahan sambil melihat Bang Asep yang
sedang menyapu halaman. Bila diperhatikan, Bang Asep adalah penjaga sekolah
yang rajin, tak pernah sekalipun ia bolos bekerja, atau terlambat bekerja. Semua
pekerjaannya pun terhitung rapi dan memuaskan. Aku harus banyak belajar dari
Bang Asep. Belajar bertanggungjawab dan tekun bekerja.
Pagi
ini, kelasku berada di ruang Bahasa Indonesia. Karena letaknya yang cukup jauh
dari lobi, mengharuskanku berjalan cukup jauh. Tiba-tiba, seseorang memanggilku
dari belakang. Aku pun menoleh ke belakang mencoba mencari tahu sosok yang
memanggilku.
“
Hey Fi, ke kelas bareng yuk. “ kata Pandu tanpa basa basi. “ Mm, gak usah, kelas kita kan beda, jadi
biarkan aku sendiri saja. “ jawabku gugup. “ Hm,kelasmu Bahasa Indonesia A kan? Kelasku
IPS C, kelas kita bersebelahan bukan? “ kata Pandu lagi.
“
Iya sih, tapi. . “ Belum sempat menyelesaikan ucapanku, Pandu sudah menutup
mulutku dengan jarinya. Sungguh, aku kaget luar biasa. Berani-beraninya dia
lancang seperti itu, menurutku itu adalah hal yang tidak sopan bagi orang yang
baru saling mengenal.
“
Udahdeh iyain aja kenapa sih. Udahlah, gak rugi jalan bareng orang cakep. oiya,
kenapa gak bales pesan aku?” tanya Pandu tanpa henti. Aku yang sejak tadi
terdiam bisu karena masih kaget dengan tindakan Pandu , akhirnya langsung buka
suara dan menumpahkan kekesalanku. “ Kamu itu maunya apa sih?!kurang ajar
tau!MALES!! MALES banget bales pesan orang gak jelas!!Kamu jangan ganggu aku!
Jangan maksa aku!” teriakku sambil
berjalan cepat meninggalkan Pandu. Sedangkan Pandu, hanya terdiam ,menatapku
bingung akan semuanya. Entah, apa yang
baru saja aku lakukan, sesampaiku di kelas, aku mulai merenungi tindakanku tadi.
Aku dengan mudahnya terpancing emosi,berkata keras dan kasar pada Pandu. Padahal ,aku sangat jarang membentak seperti
tadi. Kurasa aku mulai membencinya.
Dari dalam kelas, aku bisa melihat dengan jelas
sosok murid-murid yang tengah berolahraga di lapangan. Beberapa anak laki-laki
bermain bola dengan semangat, dan anak perempuan terlihat menonton teman mereka
yang tengah bermain. Aku tak mengerti, mengapa perhatianku bisa beralih pada
mereka yang sedang berolahraga. Dia, sesosok laki-laki yang pagi ini telah berhasil
memancing emosiku, terlihat asik bermain bersama teman-temannya. Sesekali ia
mengusap peluhnya yang banjir keringat, beberapa kali ia sempat adu mulut
dengan tim lawan karena menganggap tendangannya barusan tidak offside. Lucu
juga bila diperhatikan. Baru kusadari Pandu punya wajah yang bisa dibilang
‘innocent’ alias polos. Siapapun orang yang baru mengenalnya tidak akan pernah
menyangka bagaimana kelakuan aslinya. “ Pandu. . Pandu, coba kamu bersikap
baik, pasti akan lebih banyak lagi wanita yang menggilaimu. “ ucapku pelan
masih melihat ke arah luar. “ Ha? kamu bilang apa Fi?” Tanya Raissa kaget. Aku tak menyangka Raissa
mendengar ucapanku tadi. “ Emmm, enggak kok Sa, aku hanya bercanda. “ balasku
sekedarnya. “ Ah kamu bohong , mm jangan
bilang sekarang kamu sudah mulai termakan umpan Pandu?!” kata Raissa serius.
“
Ah? Enggaklah, aku tahu dia sedang memancingku untuk masuk perangkapnya,
laki-laki macam dia mana bisa sih serius suka sama cewek. Aku juga sudah tahu
benar akan reputasinya sebagai playboy. “ jawabku panjang lebar. Tetapi
nampaknya, jawabanku tak membuat Raissa percaya, ia terus mendesakku agar
mengaku bahwa aku sebenarnya mulai tertarik dengan Pandu. Ah, aku heran dengan
Raissa, mana mungkin aku tertarik sama cowok amburadul seperti itu. “ Ya ampun
Sa, enggaklah, aku gak suka sama dia. Walaupun kuakui dia cukup tampan dan berbakat
, tapi aku benar-benar tak pernah membayangkan jika harus bersanding denganya.
. hiii” kataku ngeri. “ Hahaha,
yasudahlah, hati-hati saja ya Fi, jangan salah pilih, kamu
cantik,pandai,terkenal, kamu bisa dapat yang jauh lebih baik dari dia. “ kata
Raissa dengan gaya sok dewasa. “ Hahahhaa,
iyaaa mamaah . . udah ah, kerjain aja itu tugas. “ balasku sambil tertawa.
“
Pandu. . “ teriak seorang gadis dari
arah Timur Pandu berada. “ Eh Zita , ada
apa sayang?” kata Pandu lembut. “ Hm,gak ada, ini aku bawain minum, pasti capek
habis olahraga. “ kata Zita lagi. “ Ohmyhgod darling, kamu itu memang paling
ngerti ya kalau begini, aku makin sayang deh sama kamu. “ balas Pandu sambil
mengelus pipi Zita.
“
Eh apaan sih, malu tau, ini kan tempat umum, jangan gitu ah. . “ ucap Zita
malu-malu.
“
Hehehe. yaudah kalau gitu, entar malem aku jemput ya? Dinner gimana?” Tanya
Pandu “ Hmm, aduh maaf sayang, aku gak bisa, besok ada 2 ulangan sekaligus L“ balas Zita sedih
“
Yah, sayang sekali ya, yasudahlah lain kali kan masih bisa honey” kata Pandu
sambil menggenggam tangan Zita. “ Iya iya,udah ya aku balik dulu. “ ucap Zita “
Kamu yakin mau ke kelas sendiri?gak aku temenin aja?” balas Pandu lagi. “ Gak usah,aku sendiri saja . oke bye “ balas
Zita singkat. “ Oke honey,hati-hati dijalan. “ kata Pandu lagi. Riko dan Doni yang sedari tadi hanya diam,
kini tertawa bersamaan. “ Hahahhahhaa. . Zita itu idiot banget sih, kok
bisa-bisanya dibegoin sama elo Ndu. ,” kata Riko tertawa. “ Ah kalian ini apaan
sih, itulah kalau virus cinta sudah menyerang semuanya akan terlihat indah men.
“ kata Pandu. “ Hahaha, terus gimana tuh si Mita?” kata Doni. “ Hm, Mita kan
lagi di Paris, besok dia baru pulang. asik, oleh-oleh apa ya yang bakal gue
dapet. “ jawab Pandu sambil menerawang hadiah apa yang akan diberikan
kekasihnya itu. “ Lah, terus
bagaimana dengan si siapa itu, hm. . Afi! Ya, bagaimana dengan Afi?” Tanya Doni
lagi. “ Aku malas, harga diriku terluka olehnya, untuk pertama kalinya aku
ditolak, dia menolak jalan ke kelas bersamaku. “ kata Pandu lirih. “ Hahhahaaha…sabar
deh men, masih banyak cadangan kan? Tapi gue pikir, Afi itu lumayan cantik juga
loh” kata Riko.
“
Hmm cantik ya? Kok menurut gue dia galak. judes banget, agak gengsian orangnya,
gue tahu sebenarnya dia juga ngebet jalan bareng gue, tapi dia gengsi. hahha” ucap
Pandu.
“
Hahhaha, dasar Pandu, PD lo gak habis-habis ya. . Gue doain ajadeh, gue cabut
dulu men. “ kata Doni sambil beranjak meninggalkan Pandu dan Riko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan berkomentar :)