Tepat
8 jam aku tak sadarkan diri, dan akhirnya aku membuka mataku. Di hadapanku sudah
ada Pandu, Raissa, dan Kak Tama. Mereka terlihat senang ketika aku akhirnya
membuka mata. “ Fi, akhirnya kamu sadar juga, kami sangat mengkhawatirkanmu L“ kata
Raissa. “ Iya Fi, bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih baik?” Tanya
Kak Tama. Belum sanggup ku membuka mulut, Pandu seolah mengerti dengan
kondisiku, ia langsung berbicara pada Kak Tama. “ Maaf Tam, aku rasa Afi masih
lemah kondisinya, dia belum cukup kuat untuk banyak bicara. “ kata Pandu sambil
menatapku tersenyum menenangkan. Kak Tama terlihat kurang suka dengan sikap
Pandu yang menurutnya sok tahu. “ Oh baiklah, hmm siapa namamu? Pan..Pan siapa
ya aku lupa?” Tanya Kak Tama datar. “ Pandu. . “ balas Raissa sambil berusaha memecah
ketegangan. “Oh ya,siapalah kau, hmm bisa kita di luar saja, kurasa Afi butuh
istirahat agar dia bisa segera menjawab pertanyaanku tadi. “ucap Kak Tama masih
sama dengan nada datar. Pandu sebenarnya sudah merasakan sejak lama bahwa Kak
Tama tidak menyukainya sejak awal iamendekatiku. Pandu sadar itu dari setiap
tatapan Kak Tama. Ia bisa merasakan bahwa Kak Tama memang tidak menyukainya
berada dekat dengan Afi. Akhirnya Pandu dan Kak Tama keluar dari ruanganku.
Sabtu, 18 Agustus 2012
Satu Hari Dalam Hidupku Part 4
Aku sibuk memandangi seisi restoran sementara Pandu
beranjak pergi untuk memesan makanan, entahlah bukankah seharusnya pelayan yang
datang dan menghampiri kami, tapi sepertinya Pandu memang ingin langsung
memesan sendiri.
Aku masih takjub. Kupandangi
cat tembok biru muda Restoran Shanghai yang elok, lalu daftar menu andalan
dengan berbagai gambar ilustrasi yang tertempel di dinding belakang Resto,
kursi-kursi antik yang dipakai semua penikmat makanan resto termasuk yang
kupakai, belum lagi dengan busana yang dikenakan pelayan restoran , sangat unik
dan menurutku lucu. Dari semua yang kulihat, bisa dipastikan ini bukan restoran
biasa. Tapi mengapa Pandu harus mengajakku ke restoran mahal seperti ini,
bukankah ini hanya kencan balas budi biasa.
Pandu
datang memecah lamunanku. “ Hey, maaf
lama menunggu. . J“ kata Pandu sambil membawa dua piring besar dikedua tangannya. “ Hey,
iya gak papa. . ah? apa itu?” balasku santai. “ Ini adalah makanan special
buatanku. Ada kepiting bakar ala Pandu, lalu Sup jagung mix ayam ala Pandu,
lalu a. . “ belum sempat melanjutkan penjelasannya, aku sudah tertawa melihat
tingkah Pandu dan hal itu membuatnya terdiam seketika. Ia terlihat heran
mengapa aku bisa bereaksi seperti itu. Aku dan Pandu pun menikmati makan malam
itu.
“ Makan
malam hari ini special sekali bagiku fi. terimakasih karena sudah bersedia
menemaniku. Izinkan aku selalu dekat denganmu, boleh kan?
see you. . J“
Kata-kata Pandu tadi tak bisa
hilang dari benakku. Makan malam hari ini memang sangat special, bukan hanya
bagi Pandu tetapi juga bagiku. Laki-laki itu sangat berbeda, tak sama dengan di
sekolah. Pandu yang makan bersamaku tadi sangat baik, sangat lucu dan
mengesankan. Semua yang ia lakukan tadi membuatku selalu tertawa. Lepas. . rasanya
seperti terbang ke angkasa , bebas bertingkah sesuka hatiku. Aku merasa dekat
dengan Pandu, aku bahkan lupa dengan semua ulah Pandu yang sempat membuatku
membencinya. Apa mungkin Pandu sudah berubah?Tidak, tidak mungkin sebulan
mengenalku bisa merubahnya. Tapi , apakah salah jika aku berharap ia selalu
begitu padaku? Aku ingin Pandu selalu bersikap baik seperti tadi.
3 Bulan kemudian. .
Sudah
hampir 3 bulan ini aku selalu berhubungan dengan Pandu. Aku menjadi dekat
dengannya, sangat dekat.
Jumat, 17 Agustus 2012
Satu Hari Dalam Hidupku Part 2
Pandu baru saja meletakkan motornya di depan rumah,belum sempat ia membuka helmnya, mamanya langsung menghampiri dan memeluk Pandu. “ Sayang, akhirnya kamu pulang juga, mama sudah rindu sekali padamu. . bagaimana sekolahmu disini? Apakah cocok denganmu? bagaimana teman-temanmu? Apakah mereka baik padamu? Uang sakumu bagaimana? Masih ada kan? oiya, Iphone baru yang mama be. . “ belum sempat melanjutkan ucapannya, Tantri tersentak, Pandu, anak kesayangannya, baru saja menepis pelukannya. Sakit, terasa benar-benar sakit mendapat reaksi seperti itu dari Pandu. Wanita 36 tahun ini kaget dan bingung, apa yang salah padanya.
“
Iya ma, semuanya oke. “ Jawab Pandu
singkat dan langsung pergi meninggalkan mamanya yang masih tersentak kaget. “ Pandu.
. tunggu Pandu!!mama belum selesai bertanya!!” teriak mamanya dari kejauhan.
Pandu bosan. Pandu penat. Remaja 16
tahun ini memang sudah tak tahan lagi dengan kelakuan orangtua yang
menelantarkannya hampir 6 tahun ini. Pandu sudah tinggal sendiri selama 3 tahun
terakhir, tepatnya semenjak eyangnya meninggal. Pandu memang sangat kaya. Hartanya
melimpah, semua kebutuhannya sangat terpenuhi. Bahkan banyak hal lain yang
diberikan untuknya. Namun jauh dilubuk hatinya, ia sangat haus akan kasih
sayang, jiwanya berontak tak terima akan semua yang ia alami. Kasih sayang dan
perhatian yang selayaknya didapatkan seorang anak, tidak ia dapatkan. Orangtuanya
hanya mengenal kerja, kerja, dan kerja. Papa Pandu bekerja di salah satu
perusahaan terkenal di Australia dan sangat jarang berada di Indonesia. Sedangkan
mamanya, bisnis woman yang kerjanya hanya menghabiskan uang untuk berkeliling
dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)