Tettt…tetttttt.
. teeeeeeeeeeeeeeettttttt. . Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa di SMA 52
Bandung keluar dari kelas mereka masing-masing dengan cepatnya. Waktu pulang
memang menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu anak sekolah. Banyak dari
mereka yang sudah tak sabar merebahkan badan di ranjang mereka masing-masing. Ada
juga yang sudah tak bisa menahan bunyi perut yang sudah menagih jatah makan. Sesampaiku
di rumah, aku langsung menuju kamar untuk mengganti seragamku. “ Afi, lekas ke
meja makan, ini makan siangnya sudah bunda siapkan” kata bunda padaku. “ Oke
bun, Afi cuci muka dulu yah. . “ balasku. Saat aku keluar, sudah ada ayah dan
bunda di meja makan, kami bertiga kemudian langsung menyantap menu makan siang
kali ini. Bunda sudah memasak banyak siang ini,diantaranya ada ayam goreng, tumis kangkung, dan perkedel
kentang. Hmm sungguh berlebih untuk keluarga kecil kami. Aku ditakdirkan
menjadi anak tunggal dari ayah dan bunda. Keluargaku bisa dibilang berkecukupan
untuk hal materi, tetapi bunda mengalami penyakit tumor di rahimnya yang
membuat ia tidak bisa mempunyai anak lagi, walaupun sudah dioperasi. Keluargaku
sangatlah bahagia, sehari-hari aku dan ayah bunda selalu mempunyai waktu khusus
untuk berkumpul, sekedar berbincang atau berdiskusi. Suasana harmonis selalu
kami pupuk. “ Ayah, bunda. . aku ke
kamar dulu ya” kataku setelah selesai menyantap makan siangku. “ Iya sayang…” kata
ayah sambil tersenyum.
Lelah sekali. Hari ini aku benar-benar
lelah. Baru saja kunaiki ranjang tidurku, HP-ku berbunyi. Oh Kak Tama rupanya. Entahlah
aku tak mengerti benar mengapa belakangan ini Kak Tama sering mengirimiku pesan
singkat. Aku pun membalas pesan Kak Tama dengan senang hati. Siapapun orangnya
tak akan menyia-nyiakan kesempatan dekat dengan orang sesempurna Kak Tama. Tak
lama kemudian, HPku berbunyi lagi. Sebuah nomer asing mengirimiku pesan . . “ Afi bolehkah kutagih janjiku sekarang?”
Aku
mengerjapkan mata dan menutup mulutku yang langsung menganga begitu tahu siapa
pemgirim pesan itu. Dia adalah Pandu. Ternyata laki-laki itu benar-benar
menagih janjinya.